Solusi Sistem Logistik Nasional
Pemilu 2009 sudah berakhir dan memenangkan pasangan presiden in cumbent yang didukung oleh tim ekonomi dan keuangan yang sangat berpengalaman.
Namun untuk permasalahan logistik Indonesia setelah 2009, secara makro masih belum memiliki fokus yang jelas dengan belum terbentuknya Dewan Logistik Nasional yang bekerja keras untuk menciptakan Blue Print Logistik Nasional.
Berikut ini adalah pendapat dari Presiden Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldi yang menuliskan ide-idenya dimajalah Swa beberapa waktu yang lalu.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang berlokasi di antara dua benua dan dua samudra, membutuhkan sistem logistik terpadu yang multimoda. Selain itu, dengan penduduk 230 juta jiwa – terbesar keempat di dunia – menuntut adanya sistem distribusi yang efisien dan reliable. Perkiraan biaya logistik di Indonesia yang sekitar 25%-30% dari Produk Domestik Bruto membuat bisnis logistik sebagai salah satu bisnis yang sangat menarik sejak Indonesia merdeka.
Namun, kenyataan di lapangan sangat jauh berbeda. Sistem logistik nasional kita bisa dikatakan tertinggal 30 tahun dibanding negara maju. Kondisi demikian menimbulkan sejumlah akibat buruk, antara lain: sering terjadinya kelangkaan sembako; perbedaan harga yang mencolok antara Jawa dan luar Jawa; ekspor terhambat karena biaya dari pabrik sampai pelabuhan sangat tinggi (sekitar US$ 700/kontainer – menurut Euro Chamber); dan harga produk impor yang lebih murah dibanding barang sejenis dari dalam negeri. Sistem logistik Indonesia yang tidak efisien menyebabkan rakyat harus membayar lebih mahal karena biaya logistik yang tinggi.
Survei internasional menunjukkan bahwa peringkat logistik Indonesia cukup memprihatinkan: (1). Indonesia peringkat 54 untuk Country Competitiveness Index (World Economy Forum), di mana logistik menjadi elemen yang kritis untuk meningkatkan daya saing nasional.(2). Indonesia peringkat 43 untuk Logistics Performance Index (Bank Dunia), di mana biaya logistik domestik kita berada di urutan 92.Dan lebih parahnya, sejak dulu Pemerintah Indonesia tidak mempunyai visi dan misi logistik nasional – mau dibawa ke mana logistik kita? Masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda. Ada yang berpendapat, karena terletak di lokasi yang strategis, Indonesia harus menjadi hub di Asia Pasifik. Pertanyaannya, mampukah kita bersaing dengan Singapura atau Hong Kong? Dengan dana yang terbatas, waktu yang tidak banyak, dan untuk kepentingan mayoritas rakyat, kita harus mempunyai sistem logistik nasional (SLN) yang bisa menurunkan biaya logistik dan memberi arahan yang jelas bagi semua pihak.Adapun tujuan SLN:
(1) Memperbaiki sistem distribusi domestik sehingga setiap simpul ekonomi di semua daerah bisa terhubung, dan menjadikan logistik domestik Indonesia terintegrasi.
(2) Mendukung ekspor dengan mempermudah aliran barang dari sentra produksi sampai ke pelabuhan dan terhubung dengan jaringan internasional.
(3) Prioritas pembangunan infrastruktur berdasarkan moda transportasi dan geografi yang akan memberi dampak ekonomi terbesar secara jangka panjang.
(4) Memberi arahan yang jelas pada setiap departemen, pemakai jasa logistik dan penyedia jasa logistik, agar terjadi sinkronisasi dalam membangun SLN.
(5) Pada akhirnya, menurunkan biaya logistik nasional dan meningkatkan kecepatan pergerakan barang di Indonesia.Ada 6 penggerak utama SLN yang perlu dijabarkan programnya secara detail, yaitu:
(1) Peraturan. Semua peraturan yang berhubungan dengan logistik, yang sekarang tersebar di berbagai departemen, harus sinkron dan mendukung satu sama lain. Peraturan mengenai bisnis logistik juga harus jelas untuk mempermudah proses outsourcing logistik.
(2) Produk unggulan. Prioritas produk unggulan untuk meningkatkan ekspor ataupun ketahanan pangan nasional. Setiap produk unggulan mempunyai sistem supply chain yang akan didukung SLN untuk meningkatkan daya saingnya.
(3) Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang terpola dan terintegrasi akan memberi multiplier effect yang besar pada bisnis logistik. Perencanaan dan prioritas dibutuhkan untuk membangun infrastruktur yang mempunyai nilai logistik tinggi.
(4) Sumber daya manusia (SDM). Ini merupakan salah satu kendala utama pembangunan logistik di Indonesia. Peningkatan SDM Indonesia di bidang logistik sangat dibutuhkan untuk mendesain SLN yang efisien dan menjalankan best practice logistik.
(5) Informasi dan teknologi komputer, yang merupakan tulang punggung pergerakan barang. Sistem informasi yang andal dan murah akan mempercepat akselerasi SLN yang efisien.
(6) Penyedia jasa logistik (logistic service provider), yang peranannya sangat penting untuk memastikan SLN yang efisien dapat diimplementasi dengan baik.Paradigma dalam melihat bisnis logistik juga harus berubah. Logistik harus dipandang sebagai enabler dari bisnis atau perdagangan. Sehingga, semakin efisien sistem logistik, maka perdagangan akan berkembang semakin pesat. Bisnis logistik tidak bisa lagi dilihat secara eksklusif dan vertikal. Setiap industri atau bisnis membutuhkan logistik untuk menunjang perkembangannya. Logistik tidak hanya dibutuhkan di kota, melainkan di setiap pelosok, sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan di desa.
Kita harapkan dengan adanya SLN yang efisien, maka rakyat Indonesia akan semakin mudah menjual produknya di dalam ataupun ke luar negeri, dan semakin murah membeli produk di pasaran (SWA).
Peluang Logistik Mikro
Secara mikro logistik, andalah –kita—sebagai pengelola logistik dimasing-masing perusahaan yang paling tahu bagaimana menciptakan Sistem Logistik Mikro yang bermanfaat bagi perusahaan.
Bandung – Jakarta
Kemudahan transportasi antar kota Jakarta dan Bandung yang dapat ditempuh dibawah 2 jam memberikan peluang yang sangat besar untuk melakukan penghematan didalam penyediaan stock antar kota. Kalau dahulu harus ada gudang di Jakarta dan gudang di Bandung, apakah sekarang masih diperlukan untuk melakukan hal tsb ?
Jika dapat menghemat inventory untuk gudang Bandung, maka akan terjadi efek domino yang akan mempengaruhi penghematan dalam hal tenaga kerja, sewa lokasi, penghematan penanganan kualitas gudang, biaya gudang dll.
Untuk transportasi, tidak perlu ragu lagi. Adanya banyak perusahaan yang menyediakan jasa transport shutle memberikan kemudahan dimana setiap jamnya akan ada armada yang bergerak dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya. Artinya tidak diperlukan adanya kendataan besar seperti truk yang harus disewa per iritasi.
Bagaimana dengan Solo – Yogya – Semarang atau Surabaya – Madura dan malang ?
Konsolidasi Transportasi
Saat ini, transporterlah yang mengatur perusahaan-perusahaan untuk melakukan pengiriman ke gudang cabang-cabang di Indonesia. Karena volume yang rendah maka perusahaan harus membayar minimal M3 atau mempergunakan Kg yang pasti jauh lebih mahal harganya jika dibandingkan dengan mempergunakan full truck atau full container.
Diperlukan adanya konsolidasi yang tinggi untuk menciptakan harga murah didalam pengiriman barang. Perusahaanlah yang mengkoordinir pengiriman dengan menggabungkannya menjadi satu dalam satu tujuan. Dengan mempergunakan truck yang besar, maka biaya dapat di tanggung bersama sesuai dengan besaran volume yang terkirimkan.
Quality Focus
Menghadapi persaingan yang sangat ketat dari manca negara, diperlukan persiapan kualitas yang sangat tinggi.
Persaingan kedepan tidak hanya dengan rendahnya harga pelayanan, tetapi akan ditentukan pertama kali oleh kemampuan standar kualitas yang harus dipenuhi.
Dengan memfokuskan usaha pada kualitas disaat kondisi perekonomian sedang berjalan perlahan, maka akan diperoleh hasil yang sempurna pada saatnya nanti perekonomian sudah berputar kembali.
No comments:
Post a Comment