Konsumen ritel dan produk industri tidak berkembang pada tahun 2010 ini, tetapi di Eropa dan Amerika Utara ada indikator pertumbuhan yang kuat di Asia-Pasifik, Afrika dan Amerika Selatan untuk sementara tahun ini.
Dalam hal suplay chain, menurunkan biaya adalah tujuan nomor satu. Penggunaan 3PLs secara luas, dan terus tumbuh, walaupun masih ada kesenjangan dimana 3PLs bisa mengisi, khususnya dengan memperluas penawaran produk dan usaha penjualan terhadap usaha kecil dan menengah.
Sebuah tanda yang menggembirakan adalah kenyataan bahwa separuh dari semua responden menyatakan bahwa mereka memiliki Chief Supply Chain Logistics Officer atau Chief Officer di dalam organisasi mereka. Dan dengan 60% dari responden melaporkan bahwa eksekutif SCM senior di perusahaan mereka menjabat dimanajemen (meskipun Amerika Utara tertinggal Eropa dan daerah lainnya dengan angka sekitar 40%) kami yakin dapat melaporkan bahwa fungsi SCM sekarang sangat baik diakui dan dihormati dalam industri ritel dan produk konsumen.
Tentang eyefortransport, pelaksana survey
Didirikan pada tahun 1998, eyefortransport telah menjadi salah satu penyedia layanan intelijen bisnis, penelitian independen, berita dan acara tingkat eksekutif untuk rantai pasokan & industri logistik. eyefortransport memiliki dua fokus utama.
Hasil Survey
Strategi Logistic : Walmart baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan menguasai transportasi inbound dari pemasok mereka. Dalam kasus ini, responden diminta untuk mengidentifikasi posisi mereka untuk mengambil kendali transportasi inbound untuk pemasok. Sebagian besar (58%) saat ini mengelola beberapa pemasok mereka transportasi inbound ', meskipun lebih dari seperempat masih tidak memiliki rencana untuk melakukannya.
Outsource ke 3PL :
Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka butuh 3PLs untuk melaksanakan sebagian besar tugas logistil. 41% outsourcing lebih dari 75% dari kebutuhan mereka, sementara 20% outsourcing antara 50% dan 75%. Hanya 11% tidak outsourcing logistik mereka perlu 3PLs.
Rencana meningkatkan peranan 3PL:
Sebagian besar responden berharap untuk meningkatkan jumlah outsourcing untuk 3PLs mereka selama 2 tahun ke depan, dengan 21% mengharapkan peningkatan yang signifikan dan 34% mengharapkan peningkatan yang kecil. Sebagian tidak mengharapkan untuk meningkatkan tingkat pelayanan outsourcing, sementara jumlah yang lebih tinggi dari responden sudah outsource 100% persyaratan mereka dibandingkan dengan responden mengharapkan untuk mengurangi tingkat mereka outsourcing.
Apakah mereka merubah transportasi untuk mengurangi biaya ?
Responden juga ditanya apakah mereka telah pindah ke mode transportasi yang lebih lambat / lebih murah seperti Kereta atau Laut untuk mengurangi biaya, sebagai akibat dari resesi. Opini dibagi pada strategi ini, dengan 46% telah berubah modus transportasi dan 54% tidak memiliki.
Bagaimana dengan Forecasting ?
Forecasting menrut mereka sebagian besar responden masih merasa bahwa mereka memiliki ruang untuk perbaikan. Hanya 22% dari ritel dan konsumen rantai pasokan produk eksekutif diberi nilai peramalan capabilties mereka sebagai baik atau sangat baik. Memang, 30% nilai peramalan mereka sebagai kurang dari memuaskan atau sangat miskin. Atau, kata lain dan satu dapat melaporkan bahwa 78% dari responden tidak akan menilai capabilties peramalan mereka sebagai sesuatu yang lebih baik yang memuaskan.
Peranan Bagian SCM
Bagian selanjutnya dari laporan ini melihat peran eksekutif rantai suplai. Pertama, responden ditanya apakah eksekutif puncak rantai pasokan mereka adalah pada papan manajemen perusahaan. Secara keseluruhan, mayoritas (61%) memiliki suplai rantai eksekutif atas mereka di papan manajemen perusahaan, meskipun, bila dilihat menurut wilayah, situasi ini jauh lebih lazim di Eropa, Amerika Tengah atau Selatan, dan Asia Pasifik, daripada di Amerika Utara dan Timur Tengah & Afrika.
Responden juga diminta untuk mengidentifikasi kepada siapa eksekutif puncak SCM mereka lapor. Tepat setengah dari responden mengatakan bahwa eksekutif puncak SCM mereka laporan ke / CEO Presiden mereka, sementara hanya 8% kata eksekutif puncak SCM mereka melapor kepada seorang eksekutif senior di bawah board.
Fokus SCM 1 Tahun Kedepan
Bab ini berfokus pada keprihatinan responden terbesar untuk 12 bulan ke depan, meskipun hasilnya tidak termasuk untuk Timur Tengah & Afrika, seperti ukuran sampel terlalu kecil untuk pengamatan bermakna. Responden diminta untuk memilih hanya atas keprihatinan mereka 3. tarif transportasi Secara keseluruhan, peningkatan adalah kekhawatiran terbesar, diikuti oleh kapasitas transportasi ketat dan takut tiba-tiba melemahnya permintaan. Supplier kegagalan, meningkatkan peraturan pemerintah, fluktuasi mata uang, dan harga energi volatile juga sumber penting yang menjadi perhatian, meskipun kurang responden khawatir mengenai prospek kepatuhan lingkungan baru atau gangguan yang disebabkan oleh bencana alam.
Kekuatiran didalam SCM terhadap transportasi
Kekuatiran didalam SCM terhadap demand
Kekuatiran didalam SCM terhadap perubahan mata uang
Kekuatiran didalam SCM terhadap kenaikan harga BBM/Energi
Survey dilakukan pada Mei - Juni 2010 di wilayah tsb diatas.
Mudah-mudahan dapat dijadikan pembanding untuk Indonesia tercinta.
GDP - Goods Distribution Practice atau yang keren di Indonesia disebut CDOB, bukanlah majority milik dari industri farmasi saja. Walaupun di farmasi CDOB menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaksana-pelaksana di lapangannya.
Khusus dunia farmasi, Indonesia sudah memiliki standar GDP lokal yang akan diterapkan tahun 2010 ini hingga kedepan. Konsep dan mapping telah dilakukan oleh Balai POM kebeberapa distributor farmasi di Indonesia untuk mengetahui sejauh mana tingkat implementasinya.
Di blog ini, saya mencoba memberikan alternatif baru kepada rekan-rekan yang berkecimpung di dunia farmasi untuk mencoba mengukur seberapa jauh kondisi lapangan kita terhadap standard GDP Indonesia.
Bahan yang digunakan adalah 100% apa yang digunakan BPOM untuk mengaudit PBF-PBF di Indonesia, namun saya mencoba menambahkan tingkat ukuran (skor) seberapa jauh atau sedekat apa kondisi distribusi anda dengan ideal pencapaian standard GDP ini.
Basis referensinya adalah GDP WHO tahun 2010 dan acuan BPOM 2010.
Aturan yang dibuat didalam form ini adalah sbb:
Form telah dibuatkan menjadi satu kesatuan dengan analisa dan aturannya.
Komponen audit GDP/CDOB ini adalah:
ASPEK DETAIL
1. PROFIL SARANA 2. MANAGEMENT MUTU* 3. PERSONALIA 4. BANGUNAN DAN PERALATAN 5. DOKUMENTASI 6. KOMODITI (OBAT) 7. INSPEKSI DIRI 8. PENYALUR VAKSIN/COLD CHAIN PRODUCT (CCP) 9. PEDAGANG BESAR BAHAN BAKU FARMASI 10. PBF PENYALUR NARKOTIKA 11. PBF PENYALUR PSIKOTROPIKA 12. LAIN-LAIN
Contoh hasil analisa:
Pencapaian adalah seberapa jauh operasional gudang farmasi ini menuju kesempurnaan GDP/CDOB. Misal dari data diatas, untuk Penyalur Vaksin/CCP adalah 60% artinya operasional PT ABC Farmasi untuk menyalurkan vaksin baru 60% memenuhi standard CDOB yang ditetapkan. Masih ada 40% perbaikan yang harus dilakukan jika perusahaan ini menginginkan standard CDOB.
Secara keseluruhan, PT ABC Farmasi telah mencapai 72% standard CDOB dan skor ini memberikan predikat yang otomatis akan muncul dikolom atas "Masih Berat Mendapatkan GDP/CDOB".
Picking (penyiapan barang) ada banyak macamnya.
Cobalah klik Video dibawah ini dan anda akan menyaksikan betapa didalam logistik modern, inovasi picking tiada henti.
Picking by light
Picking by voice
Picking by tote
Picking by mggm
Tujuan dari inovasi tsb adalah : mempercepat proses penyiapan barang.
Adakah yang dapat anda terapkan didalam perusahaan anda ?
Apa perbedaanya ? Gambar memberikan sejuta pemahaman.
Anda dapat melihat ratusan video logistik yang dapat di copy dan share jika sudah memiliki Hand Book Logistic Indonesia Buku I
Optimizing Supply Chain by Utilization of Local Latest Updating (ULLU)
“Management of Jabotabek’s Drop Point (DP) to increase of LIFR, OTD and reducing Operation Cost by fully utilize of JORR”
LITERATURE BACKGROUND
Donald Waters (2003, Logistics -139) said that to determine location is important enough for organizations to look at every available analyst before reaching a conclusion. If the logistic strategy calls for short delivery times, then facilities must be in locations that can achieve this; if the strategy calls for low costs, facilities will probably be centralized to get economical scale.
Supply chain management (SCM) is the management of a network of interconnected businesses involved in the ultimate provision of product and service packages required by end customers (Harland, 1996).[1] Supply Chain Management spans all movement and storage of raw materials, work-in-process inventory, and finished goods from point of origin to point of consumption (supply chain).
Another definition is provided by the APICS Dictionary when it defines SCM as the "design, planning, execution, control, and monitoring of supply chain activities with the objective of creating net value, building a competitive infrastructure, leveraging worldwide logistics, synchronizing supply with demand, and measuring performance globally."
ORIGINAL CONDITION: YEAR 2008-2009
The company business is Pharmacy. Some unique patterns of pharmacy’s business are fulfill followed by the company, such as same day delivery for order receipt before 2pm, 4 hours order emergency (called “cito”) and others.
Coverage area
Jabotabek (Jakarta Bogor Tangerang and Bekasi area) was supported by 4 branches completed with product storage, sales and finance office and order processing. Each of them had minimal rental cost around 125 Million Rupiah per year, 10 Billion of stock storage, 10 sales staffs, 4 finance staffs, 4-5 staffs of warehouse and logistic and also 2 staffs for customer services.
Warehouse & Logistic
To handling around of 10 Billions Rupiah of stock, more than 14,000 of customers and more than 8,000 transactions per month, its need minimal 4 staffs plus the 1 supervisor. They supported by 2 delivery schedules for every branch and serves to customer by 5-10 motorcycles and 2-3 blind van.
Order process
Per branch had 2-3 staffs to receive and process the order to the system. The order from customer come to the branch by 4 ways : phone, fax, salesman and also by mail. Two agreements whit customer are that order come before 2pm will be delivered at same day and after 2pm will be delivered the day after. Exclude “cito”.
Tangible and intangible cost
To operate one branch, the tangible cost are fix and variable cost, such as : warehouse and office rental cost, staff cost, operational cost (water, electricity, phone etc). For intangible cost come from handling receiving stock come from central warehouse to branh, picking and packing stock to fulfill customer order, stock take cost, government audit cost, closing end of month cost, provide GDP standard cost etc.
Problems
Out of stock is an usual issue for every end of month. Its happen due to central warehouse should prepare huge stock for 4 branches in the very short day only, 30 or 31. This condition will have impact to LIFR (line item fill rate) and also OTD (On Time Delivery).
High % of logistic cost
Intangible activity which is spent much time and effort to full fill the requirement
THE PROJECT
The ideas of the project come from availability of Jakarta Outer Ring Road (JORR) . This facility is possible to create an access for all customers around Jabotabek.
Basic concept
Drop point (DP) is an consolidation process of warehouses, finance activity and order process into single warehouse by implementation of cross docking process from central warehouse at DP to the customer.
The goods will be prepared, picked and packed and also completed with invoice at Bekasi central warehouse and then cross docked at DP before hand over to customer.
There are two types of transportation used : blind van from Bekasi central warehouse and motorcycles from DP.
As preparation, branch Cikarang and branch Pulomas (Jkt1) already merged to central warehouse as part of learning curve how to serve direct customer from central warehouse instead of deliver to branches only. Second process, branch Pasar Minggu (Jkt3) merged half to central warehouse and half to branch Kebayoran (Jkt2). At the end process, branch Kebayoran (Jkt2) merged to 2 drop points.
Steps of the project
Step 1: mapping customer’s outlet base
It’s very important step which will have impact to determine of “how many DP” should be available to cover and closer to customer.
The number is very important also to determine at the next step for how many motorcycle will support this DP.
From this step, its determined where the DP should be available based on the weight of the customer number.
Step 2: determine DP locations
To determine DP locations, its used simple method, called “Me2”. This method means to compare to the current friendly competitor which are already available.
This step to make sure that DP location is reasonable to available at that location.
When its compare to the current competitor, its look that the best number of DP and alternative locations are on Grogol (DP1), BSD (DP2), Pasar Minggu (DP3) and Bogor (DP4).
Step 3: mapping alternative to the JORR’s facility.
By download from Google map, the DP’s must be mapped to the JORR access. It’s very important due to the speed of delivery from central warehouse at Bekasi will depend on how fast Blind Van can reach the DP.
Step 4: create the DP
Team already define how look like DP’s are:
• Investment:
– Low investment
• Facilities at DP:
– Owned by company
– Motor pool for cross-docking
– Motor cycles for distributing products to the dedicated point’s area of coverage (dedicated territory)
– Admin DP (Finance) and no sales admin (Sales)
• System :
– All order from DP’s territory managed by Head Office
– All delivery plan/return consolidated and managed at central warehouse including their document pertinent to billing, delivery process
– All return from point’s territory come to DP before it goes to central warehouse
– Products/goods at DP deliver regularly from central warehouse by truck van
– Products/goods cross docked at DP and distributed to customer within DP’s territory
– Expire product return coming to DP and to be managed and consolidated by central warehouse
Step 5: re-engineering operation process
By closing 4 branches and move all activities to central warehouse, its need to reengineering the existing process with 2 conditions:
Do not add the man power
Use existing system support
The major activities needed to be re-engineering are:
· Order preparation release time, must ketchup departure time
· Hand over product and document at both central warehouse and DP
· Exceptional delivery for non DP customers
Step 6: calculating support armada and set up schedule
Ideally the unit number of armada should not more than as current. To achieve this, its need to be re-calculated in very detail schedule and activity.
Based on the customers number, its determined 12 motorcycles for DP1, 3 motorcycles for DP2, 3 motorcycles for DP3 and 3 motorcycles for DP4. The rest of 9 motor cycles and 9 blind vans are ready available at central warehouse.
Time motion study was implemented to know what the best schedule to prepare the goods for all activities such as : order receipt time, pick and pack, documentation, hand over to blind van’s driver, the best time to departure, time to arrival and hand over to motorcycle’s rider, lead time to customer, reverse documentation and also payment process.
By implementing of Donald Waters theory (2003, Logistics – 326), there are two approaches to determine routing. First uses geographical arguments regardless of the actual roads and second look at the road network and finds shortest routes through it.
It’s done more than 3 months to finalize the schedule of optimum delivery for 4 drop points and divided in to 4 time schedules:
1st departure is on 5 am covers DP1, DP2, DP3 and DP4. This route will back to central warehouse at 11 am. This blind van will be used again for 4th departure next.
2nd departure is on 10 am and only cover DP1 then back to central warehouse waiting for 4th departure.
3rd departure is on 12 am by use 4 blind vans for all DP’s. Three of them will go direct to customers.
4th departure is on 14.30 pm by use 4 blind vans and only 1 of them will go direct to customers.
Step 7: review and potential improvement
During 3-6 months after implementation, some activities were reviewed and adjusted to the better processes. The processes that adjusted due to review period are:
· Hand over process and transport manifest documentation
· Alternative access during afternoon departure
· Reverse delivery documentation
Potential improvement already planned to cover Sukabumi and Cianjur area from DP Bogor which was previously by Bandung branch and also prepare the next drop point plus (DP +) for Bandung branch by utilizing Tol Purbaleunyi (Jakarta – Bandung) and preparing all the order from Central Warehouse Bekasi.
RESULT AND ACHIEVEMENT
Line Item Fill Rate (LIFR) – increasing significantly during end of the month closing period.
On Time Delivery (OTD) – increasing OTD and double certainty delivery time to customer.
Trips/day – increasing from average 2 time per day become average 3.5 times per day.
Supply chain cost – reducing minimal 450 mio per year for branch rental, 180 Mio for electricity per year.
No complexity of operation by no intangible cost for handling receiving stock come from central warehouse, picking and packing stock to fulfill customer order, stock take cost, government audit cost, closing end of month cost, provide GDP standard cost etc.
Kalibrasi adalah salah satu aktifitas wajib yang dilakukan pada alat-alat ukur yang bekerja didalam dunia logistik. Yang dilakukan didalam kalibrasi adalah meng-nol-kan kembali alat-alat yang digunakan sehingga memiliki ketepatan yang tertinggi.
Kalibrasi dapat dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk oleh negara, misalnya Badan Meteorologi Indonesia atau lembaga swasta yang memiliki standard kalibrasi nasional.
Secara perusahaan, kalibrasi dapat dilakukan secara internal dengan mengacu pada master kalibrasi yang telah ditentukan.
Kalibrasi sebaiknya dilakukan minimal 1x pertahun dan sesuai dengan petunjuk teknis yang telah disepakati pada alat tsb,
Beberapa alat ukur yang dipergunakan didalam logistik antara lain:
TERMOMETER AIR RAKSA
Fungsi Termometer Air Raksa
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Thermometer analog bisa juga disebut sebagai thermometer manual, karena cara pembacaannya masih manual. Penggunaan air raksa sebagai bahan utama thermometer karena koefisien muai air raksa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu sama. Namun ada juga beberapa termometer keluarga mengandung alkohol dengan tambahan pewarna merah. Termometer ini lebih aman dan mudah untuk dibaca.]
Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimun, bekerja dengan adanya katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup dan tidak dapat kembali ke bohlam membuat air raksa tetap di dalam tabung. Pembaca kemudian dapat membaca temperatur maksimun selama waktu yang telah ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya, termometer harus diayunkan dengan keras. Termometer ini mirip desain termometer medis.
Air raksa akan membeku pada suhu -38.83 °C (-37.89 °F) dan hanya dapat digunakan pada suhu diatasnya. Air raksa, tidak seperti air, tidak mengembang saat membeku sehingga tidak memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit diamati ketika membeku. Jika termometer mengandung nitrogen, gas mungkin mengalir turun ke dalam kolom dan terjebak disana ketika temperatur naik. Jika ini terjadi termometer tidak dapat digunakan hingga kembali ke kondisi awal. Untuk menghindarinya, termometer air raksa sebaiknya dimasukkan ke dalam tempat yang hangat saat temperatur di bawah -37 °C (-34.6 °F). Pada area di mana suhu maksimum tidak diharapkan naik di atas - 38.83 ° C (-37.89 °F) termometer yang memakai campuran air raksa dan thallium mungkin bisa dipakai. Termometer ini mempunyai titik beku of -61.1 °C (-78 °F).
Pengukuran Termometer Air Raksa
Termometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu Celsius dan Fahrenhait. Celsius memakai dua titik penting pada skalanya: suhu saat es mencair dan suhu penguapan air. Es mencair pada tanda kalibrasi yang sama pada thermometer yaitu pada uap air yang mendidih. Saat dikeluarkan termometer dari uap air, ketinggian air raksa turun perlahan. Ini berhubungan dengan kecepatan pendinginan (dan pemuaian kaca tabung). Jadi pegukuran suhu celsius menggunakan suhu pencairan dan bukan suhu pembekuan.
Titik didih Celcius yaitu 0 °C (212 °F) dan titik beku pada 100 °C (32 °F). Tetapi peneliti lain -Frenchman Jean Pierre Cristin– mengusulkan versi kebalikan skala celsius dengan titik beku pada 0 °C (32 °F) dan titik didih pada 100 °C (212 °F). Dia menamakannya Centrigade.
Cara kerja Termometer Air Raksa
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan kandungan air raksa di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Adapun cara kerja secara umum adalah sbb ;
1. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi awal.
2. Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa dengan perubahan volume.
3. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan menyusut jika suhu menurun.
4. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan lingkungan.
Kalibrasi Termometer Air Raksa
Kalibrasi merupakan prosesverifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Proses kalibrasi thermometer antara lain :
Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air.
Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih seluruhnya saat dipanaskan.
TERMOMETER DIGITAL
Fungsi Termometer Digital
Termometer merupakan salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui suhu objek (benda/tubuh).
Prinsip kerja Termometer Digital
Termometer digital, biasanya menggunakan termokopel sebagai sensornya untuk membaca perubahan nilai tahanan. Secara sederhana termokopel berupa dua buah kabel dari jenis logam yg berbeda yang ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik penyatuan ini disebut hot junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah beda tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi. Jadi dari input temperatur lingkungan setelah melalui termokopel terdeteksi sebagai perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan ini kemudian dikonversikan kembali nilai arusnya melalui pengkomparasian dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui layar/monitor berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh termokopel.
Termokopel ini macam-macam, tergantung jenis logam yang digunakan. Jenis logam akan menentukan rentang temperatur yang bisa diukur (termokopel suhu badan (temperatur rendah) berbeda dengan termokopel untuk mengukur temperatur tungku bakar (temperatur tinggi)), juga sensitivitasnya.
Secara terperinci prinsip kerja thermometer digital dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sensor yg berupa PTC atau NTC dengan tingkat sensitifitas tinggi akan berubah nilai tahanannya jika terjadi sebuah prubahan suhu yg mengenainya.
Perubahan nilai tahanan ini linear dengan perubahan arus, sehingga nilai arus ini bisa dikonversi ke dalam bentuk tampilan display
Sebelum dikonversi, nilai arus ini di komparasi dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt yg akan dikonversi ke display.
Pembacaan Pengukuran Termometer Digital
Pembacaan pengukuran termometer ini dilakukan langsung dari nilai display dengan memperhatikan garis segmen yang ada.
Kalibrasi Termometer Digital
Kalibrasinya biasa menggunakan kalibrator manual atau otomatis, kalibrator manual suhu yg dikenakan ke sensor adalah suhu pemanas nyata dimulai dari 0 derajat untuk setting ofsetnya. Kalibrasi otomatis terdiri dari suhu pemanas dan checker untuk gain dalam rangkaian komparatornya
Material Penyusun Termometer Digital
Termometer digital memiliki bagian penyususn terpenting. Material penyusun tersebut adalah sebagai berikut:
* Sensor PTC/ NTC
* Komparator (OP-amp dan sejenisnya)
* ANALOG to Digital konverter
* Dekoder display (IC 7447 TTL misalnya)
* Display (7 segmen, LCD, monitor)
ANEMOMETER
Fungsi Anemometer
Pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim memerlukan alat-alat meteorologi yang bersifat peka, kuat, sederhana dan teliti. Ditinjau dari cara pembacaannya, alat meteorologi terdiri atas dua jenis, yaitu:
Recording yaitu alat yang dapat mencatat data secara terus-menerus, sejak pemasangan hingga pergantian alat berikutnya. Contoh : barograf dan anemograf.
Non recording yaitu alat yang digunakan bila datanya harus dibaca pada saat-saat tertentu untuk memperoleh data. Contoh: barometer, ermometer dan anemometer.
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort). Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin adalah 0o – 360o serta arah mata angin. Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka.
Pada saat tertiup angin, baling-baling/mangkok yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin meniup mangkok-mangkok tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya piringan mangkok-mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka dapat diketahui kecepatan anginnya. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort.c Gambar Anemometer adalah :
Tipe Anemometer
Anemometer sendiri terdapat dua tipe secara umum. Tipe tersebut adalah sebagai berikut:
a. Anemometer dengan tiga atau empat mangkok
Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang berpusat pada suatu sumbu vertikal atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros vertikal. Seluruh mangkok menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup maka rotor berputar pada arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung kepada kecepatan tiupan angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi, perputaran rotor mengatur sistem akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin. Anemometer tipe “cup counter” hanya dapat mengukur rata-rata kecepatan angin selama suatu periode pengamatan. Dengan alat ini penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu pengamatan ke pengamatan berikutnya, menyatakan akumulasi jarak tempuh angin selama waktu dari kedua pengamatan tersebut, sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak tempuh tersebut dibagi lama selang waktu pengamatannya.
b. Anemometer Termal
Anemometer ini merupakan satu sensor yang digunakan untuk mengukur kecepatan fluida (angin) sesaat. Cara kerja dari sensor ini berdasarkan pada jumlah panas yang hilang secara konvektif dari sensor ke lingkungan sekeliling sensor. Besarnya panas yang dipindahkan dari sensor secara langsung berhubungan dengan kecepatan fluida yang melewati sensor. Jika hanya kecepatan fluida yang berubah, maka panas yang hilang bisa diinterpretasikan sebagai kecepatan fluida tersebut. Kerja Anemometer ini mengikuti prinsip tabung pitot, yaitu dihitung dari tekanan statis dan tekanan kecepatan.
Proses Pengukuran Anemometer Berikut contoh perhitungan sederhana kecepatan angin yang diukur dengan anemometer tiga mangkok. Panjang lingkaran susunan mangkok-mangkok adalah 3 m, dan susunan itu pada suatu waktu berputar 20 kali dalam waktu 10 detik, maka kecepatan angin dapat dihitung : [(20x3)/10 m = 6 m/dt]
Untuk memudahkan menghitung putaran dari pada piringan anemometer maka salah satu mangkok diberi warna lain.
Sehubungan dengan karena adanya perbedaan kecepatan angin dari berbagai ketinggian yang berbeda, maka tinggi pemasangan anemometer ini biasanya disesuaikan dengan tujuan atau kegunaannya. Untuk bidang agroklimatologi dipasang dengan ketinggian sensor (mangkok) 2 meter di atas permukaan tanah. Untuk mengumpulkan data penunjang bagi pengukuran penguapan Panci Kelas A, dipasang anemometer setinggi 0,5 m. Di lapangan terbang pemasangan umumnya setinggi 10 m. Dipasang didaerah terbuka pada pancang yang cukup kuat. Untuk keperluan navigasi alat harus dipasang pada jarak 10 x tinggi faktor penghalang seperti adanya bangunan atau pohon. Sebagian besar Anemometer ini umumnya tidak dapat merekam kecepatan angin dibawah 1-2 mil/jam karena ada faktor gesekan apa awal putaran.
Proses Kalibrasi Anemometer
Proses kalibrasi anemometer dilakukan secara periodik agar perfomansi dan hasil pencatatan tetap stabil dan baik. Berikut urutan proses kalibrasi pada anemometer.
TERMOKOPEL
Fungsi Termokopel
Pada dunia elektronika, termokopel merupakan sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.
Cara Kerja Termokopel
Pada tahun 1821, seorang fisikawanEstonia bernama Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas secara gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk mengukur perubahan panas ini, gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda panas yang diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda. Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan temperatur absolut.
Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai temperatur referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran. Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat termopile, dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan dingin ke suhu yang lebih rendah.
Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan pada sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara sederhana termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan lansung dan instrumen kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang sensitif terhadap suhu (seperti termistor atau dioda) untuk mengukur suhu sambungan input pada peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujung-ujungnya.
Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan kompensasi hubungan dingin. Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut kabel ekstensi atau kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan kawat-kawat dengan jumlah yang sama dengan kondoktur yang dipakai pada Termokopel itu sendiri. Kabel-kabel ini lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun tidak terlalu murah, dan biasanya diproduksi pada bentuk yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh - umumnya sebagai kawat tertutup fleksibel atau kabel multi inti. Kabel-kabel ini biasanya memiliki spesifikasi untuk rentang suhu yang lebih besar dari kabel termokopel. Kabel ini direkomendasikan untuk keakuratan tinggi. Kabel kompensasi pada sisi lain, kurang presisi, tetapi murah.
Mereka memakai perbedaan kecil, biasanya campuran material konduktor yang murah yang memiliki koefisien termoelektrik yang sama dengan termokopel (bekerja pada rentang suhu terbatas), dengan hasil yang tidak seakurat kabel ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan output yang mirip dengan termokopel, tetapi operasi rentang suhu pada kabel kompensasi dibatasi untuk menjaga agar kesalahan yang diperoleh kecil. Kabel ekstensi atau kompensasi harus dipilih sesuai kebutuhan termokopel. Pemilihan ini menghasilkan tegangan yang proporsional terhadap beda suhu antara sambungan panas dan dingin, dan kutub harus dihubungkan dengan benar sehingga tegangan tambahan ditambahkan pada tegangan termokopel, menggantikan perbedaan suhu antara sambungan panas dan dingin.
HYGROMETER Prinsip Kerja Hygrometer
Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua thermometer. Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua untuk mengukur suhu udara jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang basah). Thermometer Bola Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya.
Thermometer Bola Basah: tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan mempergunakan
Psychrometer ialah :
Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah
Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain
Letak bola kering atau bola basah
Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain
Fungsi Hygrometer
Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara relative (RH)
Proses Pengukuran
Higrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat celcius.
Ada bentuk higrometer lama yakni berbentuk bundar atau berupa termometer yang dipasang didinding. Cara membacanya juga sama, bisa dilihat pada raksanya di termometer satu yang untuk mengukur kelembaban dan satu lagi yang mengukur suhu. yang bundar ya dibaca skalanya.
Perlu diperhatikan pada saat pengukuran dengan hygrometer selama pembacaan haruslah diberi aliran udara yang berhembus kearah alat tersebut, ini dapat dilakukan dengan mengipasi alat tersebut dengan secarik kertas atau kipas. Sedangkan pada slink, alatnya harus diputar.
Kalibrasi
Sebuah sistem kalibrasi higrometer telah dirancang dan dibuat dalam rangka peningkatan kemampuan kalibrasi higrometer untuk menghasilkan sebuah sistem kalibrasi yang dapat memberikan kemampuan ukur terbaik di bawah 2,5%. Sistem yang dibangun memanfaatkan prinsip kerja divided flow atau aliran terbagi. Pengujian dilakukan terhadap sistem tersebut pada rentang kelembaban relative yang biasa dipakai untuk melakukan kalibrasi, yaitu dari 10% hingga 95%. Pengukuran ketidakseragaman test chamber telah dilakukan pada rentang kelembaban tersebut dengan menggunakan dua buah sensor. Hasil akhir pengujian menunjukkan sistem yang dibangun mampu memberikan kemampuan ukur terbaik masing-masing adalah 0,62% pada RH 10% dan 0,51% pada RH 60% dan 95%.
NERACA DIGITAL/ELEKTRONIK
Fungsi
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi dalam tinjauan fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak dipengaruhi gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik maupun bukan elektrik secara umum adalah sebagai alat pengukur massa. Kegunaan neraca ini tergantung dari skala dari neraca tersebut misal neraca/timbangan elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang di laboratorium tentu sensitivitas dan skala neracanya jauh berbeda.
Proses Pengukuran
Secara umum proses meninbang dengan neraca elektronik/digital adalah:
Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.
Pastikan timbangan menunjukkan angka ”nol”( jika tidak perlu di koreksi).
Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.
Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan tersebut.
Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit, karena hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan.
Kalibrasi
Pengontrolan Timbangan/Neraca
Timbangan/Neraca dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang atau dengan dua anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Timbangan/Neraca elektronik, harus menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat sensitif, hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan. Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum menimbang angka “nol” harus dicek dan jika perlu lakukan koreksi. Penyimpangan berat dicatat pada lembar/kartu kontrol, dimana pada lembar tersebut tercantum pula berapa kali timbangan harus dicek. Jika timbangan tidak dapat digunakan sama sekali maka timbangan harus diperbaiki oleh suatu agen (supplier).
Kebersihan timbangan
Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian dan menimbang harus dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue) dan membersihkan timbangan secara keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian piringan (pan) timbangan dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan pembersih seperti deterjen yang lunak, campurkan air dan etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek kembali dengan menggunakan anak timbangan.
PYRANOMETER
Pyranometer juga disebut solarmeter digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh radiasi cahaya pada permukaan bidang dengan satuan W/m2. Kinerja alat ini dengan dipasang pada suatu permukaan bidang kemudian dengan adanya hantaman cahaya tepat pada sensor cahaya yang akan diteruskan pada tampilan komputer dalam bentuk simpangan besarnya fluks yang diberikan cahaya tersebut.
Nilai maksimum yang memberikan fluks terbesar jika cahaya menghantam sensor sejajar dengan bidang vertikal dan nilai terkecil fluks cahaya saat cahaya jatuh sejajar bidang horizontal, sehingga besarnya simpngan fluks bergantung pada sudut cosinus terhadap sumbu vertikal selain dari besarnya muatan elektron yang menghantam sensor dari radiasi cahaya. Dengan adanya muatan elektron tersebut dapat diukur dengan rumus medan listrik sehingga simpangan fluks magnet berbanding lurus dengan peningkatan arus akibat penumpukan elektron. Pada saat kalibrasi digunakan saat diletakkan pyranometer di dalam ruangan gelap yang tidak ada cahaya dan pengaruh medan listrik maupun medan magnet sebagai keadaan ideal saat keadaan normal atau keadaan nol.
Pemilu 2009 sudah berakhir dan memenangkan pasangan presiden in cumbent yang didukung oleh tim ekonomi dan keuangan yang sangat berpengalaman.
Namun untuk permasalahan logistik Indonesia setelah 2009, secara makro masih belum memiliki fokus yang jelas dengan belum terbentuknya Dewan Logistik Nasional yang bekerja keras untuk menciptakan Blue Print Logistik Nasional.
Berikut ini adalah pendapat dari Presiden Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldi yang menuliskan ide-idenya dimajalah Swa beberapa waktu yang lalu.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang berlokasi di antara dua benua dan dua samudra, membutuhkan sistem logistik terpadu yang multimoda. Selain itu, dengan penduduk 230 juta jiwa – terbesar keempat di dunia – menuntut adanya sistem distribusi yang efisien dan reliable. Perkiraan biaya logistik di Indonesia yang sekitar 25%-30% dari Produk Domestik Bruto membuat bisnis logistik sebagai salah satu bisnis yang sangat menarik sejak Indonesia merdeka.
Namun, kenyataan di lapangan sangat jauh berbeda. Sistem logistik nasional kita bisa dikatakan tertinggal 30 tahun dibanding negara maju. Kondisi demikian menimbulkan sejumlah akibat buruk, antara lain: sering terjadinya kelangkaan sembako; perbedaan harga yang mencolok antara Jawa dan luar Jawa; ekspor terhambat karena biaya dari pabrik sampai pelabuhan sangat tinggi (sekitar US$ 700/kontainer – menurut Euro Chamber); dan harga produk impor yang lebih murah dibanding barang sejenis dari dalam negeri. Sistem logistik Indonesia yang tidak efisien menyebabkan rakyat harus membayar lebih mahal karena biaya logistik yang tinggi.
Survei internasional menunjukkan bahwa peringkat logistik Indonesia cukup memprihatinkan: (1). Indonesia peringkat 54 untuk Country Competitiveness Index (World Economy Forum), di mana logistik menjadi elemen yang kritis untuk meningkatkan daya saing nasional.(2). Indonesia peringkat 43 untuk Logistics Performance Index (Bank Dunia), di mana biaya logistik domestik kita berada di urutan 92.Dan lebih parahnya, sejak dulu Pemerintah Indonesia tidak mempunyai visi dan misi logistik nasional – mau dibawa ke mana logistik kita? Masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda. Ada yang berpendapat, karena terletak di lokasi yang strategis, Indonesia harus menjadi hub di Asia Pasifik. Pertanyaannya, mampukah kita bersaing dengan Singapura atau Hong Kong? Dengan dana yang terbatas, waktu yang tidak banyak, dan untuk kepentingan mayoritas rakyat, kita harus mempunyai sistem logistik nasional (SLN) yang bisa menurunkan biaya logistik dan memberi arahan yang jelas bagi semua pihak.Adapun tujuan SLN:
(1) Memperbaiki sistem distribusi domestik sehingga setiap simpul ekonomi di semua daerah bisa terhubung, dan menjadikan logistik domestik Indonesia terintegrasi.
(2) Mendukung ekspor dengan mempermudah aliran barang dari sentra produksi sampai ke pelabuhan dan terhubung dengan jaringan internasional.
(3) Prioritas pembangunan infrastruktur berdasarkan moda transportasi dan geografi yang akan memberi dampak ekonomi terbesar secara jangka panjang.
(4) Memberi arahan yang jelas pada setiap departemen, pemakai jasa logistik dan penyedia jasa logistik, agar terjadi sinkronisasi dalam membangun SLN.
(5) Pada akhirnya, menurunkan biaya logistik nasional dan meningkatkan kecepatan pergerakan barang di Indonesia.Ada 6 penggerak utama SLN yang perlu dijabarkan programnya secara detail, yaitu:
(1) Peraturan. Semua peraturan yang berhubungan dengan logistik, yang sekarang tersebar di berbagai departemen, harus sinkron dan mendukung satu sama lain. Peraturan mengenai bisnis logistik juga harus jelas untuk mempermudah proses outsourcing logistik.
(2) Produk unggulan. Prioritas produk unggulan untuk meningkatkan ekspor ataupun ketahanan pangan nasional. Setiap produk unggulan mempunyai sistem supply chain yang akan didukung SLN untuk meningkatkan daya saingnya.
(3) Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang terpola dan terintegrasi akan memberi multiplier effect yang besar pada bisnis logistik. Perencanaan dan prioritas dibutuhkan untuk membangun infrastruktur yang mempunyai nilai logistik tinggi.
(4) Sumber daya manusia (SDM). Ini merupakan salah satu kendala utama pembangunan logistik di Indonesia. Peningkatan SDM Indonesia di bidang logistik sangat dibutuhkan untuk mendesain SLN yang efisien dan menjalankan best practice logistik.
(5) Informasi dan teknologi komputer, yang merupakan tulang punggung pergerakan barang. Sistem informasi yang andal dan murah akan mempercepat akselerasi SLN yang efisien.
(6) Penyedia jasa logistik (logistic service provider), yang peranannya sangat penting untuk memastikan SLN yang efisien dapat diimplementasi dengan baik.Paradigma dalam melihat bisnis logistik juga harus berubah. Logistik harus dipandang sebagai enabler dari bisnis atau perdagangan. Sehingga, semakin efisien sistem logistik, maka perdagangan akan berkembang semakin pesat. Bisnis logistik tidak bisa lagi dilihat secara eksklusif dan vertikal. Setiap industri atau bisnis membutuhkan logistik untuk menunjang perkembangannya. Logistik tidak hanya dibutuhkan di kota, melainkan di setiap pelosok, sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan di desa.
Kita harapkan dengan adanya SLN yang efisien, maka rakyat Indonesia akan semakin mudah menjual produknya di dalam ataupun ke luar negeri, dan semakin murah membeli produk di pasaran (SWA).
Peluang Logistik Mikro
Secara mikro logistik, andalah –kita—sebagai pengelola logistik dimasing-masing perusahaan yang paling tahu bagaimana menciptakan Sistem Logistik Mikro yang bermanfaat bagi perusahaan.
Bandung – Jakarta
Kemudahan transportasi antar kota Jakarta dan Bandung yang dapat ditempuh dibawah 2 jam memberikan peluang yang sangat besar untuk melakukan penghematan didalam penyediaan stock antar kota. Kalau dahulu harus ada gudang di Jakarta dan gudang di Bandung, apakah sekarang masih diperlukan untuk melakukan hal tsb ?
Jika dapat menghemat inventory untuk gudang Bandung, maka akan terjadi efek domino yang akan mempengaruhi penghematan dalam hal tenaga kerja, sewa lokasi, penghematan penanganan kualitas gudang, biaya gudang dll.
Untuk transportasi, tidak perlu ragu lagi. Adanya banyak perusahaan yang menyediakan jasa transport shutle memberikan kemudahan dimana setiap jamnya akan ada armada yang bergerak dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya. Artinya tidak diperlukan adanya kendataan besar seperti truk yang harus disewa per iritasi.
Bagaimana dengan Solo – Yogya – Semarang atau Surabaya – Madura dan malang ?
Konsolidasi Transportasi
Saat ini, transporterlah yang mengatur perusahaan-perusahaan untuk melakukan pengiriman ke gudang cabang-cabang di Indonesia. Karena volume yang rendah maka perusahaan harus membayar minimal M3 atau mempergunakan Kg yang pasti jauh lebih mahal harganya jika dibandingkan dengan mempergunakan full truck atau full container.
Diperlukan adanya konsolidasi yang tinggi untuk menciptakan harga murah didalam pengiriman barang. Perusahaanlah yang mengkoordinir pengiriman dengan menggabungkannya menjadi satu dalam satu tujuan. Dengan mempergunakan truck yang besar, maka biaya dapat di tanggung bersama sesuai dengan besaran volume yang terkirimkan.
Quality Focus
Menghadapi persaingan yang sangat ketat dari manca negara, diperlukan persiapan kualitas yang sangat tinggi.
Persaingan kedepan tidak hanya dengan rendahnya harga pelayanan, tetapi akan ditentukan pertama kali oleh kemampuan standar kualitas yang harus dipenuhi.
Dengan memfokuskan usaha pada kualitas disaat kondisi perekonomian sedang berjalan perlahan, maka akan diperoleh hasil yang sempurna pada saatnya nanti perekonomian sudah berputar kembali.
Cold chain adalah barang-barang yang memerlukan penanganan dengan suhu yang diatur dibawah suhu ruangan (ambient).
Cold chain adalah barang-barang yang memerlukanpenanganan extra khusus didalam proses logistiknya mulai dari penerimaan barang, penyimpanan, penyiapan hingga pengirimannya.
Cold chain is a always a risk ! Tidak salah jika barang-barang cold chain dikatakan selalu berhubungan dengan resiko. Resiko yang terbesar adalah penanganan suhu yang sangat memerlukan perhatian khusus.
Barang-barang yang dikategorikan cold chain diantaranya adalah Vaksin, obat-obtan hormonal dan untuk FMCG misalnya coklat.
Karena sifatnya yang sedemikian ketat didalam prosedur penangannya, maka cold chain dikatakan sebagai puncak dari pada logistik.
Untuk menangani barang-barang cold chain diperlukan peralatan yang komplek dan bahkan terkadang memerlukan biaya yang sangat besar. Peralatan yang diperlukan diantaranya:
· Termometer alat pengukur suhu
· Chiller alat pengatur suhu
· Dehumidifier alat pengatur kelembaban
· Data logger alat pencatat suhu
· Ice pack alat pencipta suhu dingin dipengiriman
· Cold box alat pengiriman
· Sticker suhu
Masing-masing peralatan juga memerlukan penanganan khusus yang berhubungan dengan kalibrasi, validasi ataupun pencatatan-pencatatan lainnya.
Peralatan Yang Dipergunakan Pada Penanganan Cold Chain
Aktifitas Cold Chain
Didalam menangani barang-barang cold chain harus dilakukan 8 proses yang secara rutin harus dilakukan:
1. Validation
2. Temperature mapping
3. Thermometer Calibration
4. Goods Receiving
5. Storage
6. Pick and Pack
7. Delivery
8. Temperature Control
1.Validation
Validasi adalah proses penentuan standard ice pack yang dipergunakan untuk melakukan suatu pengiriman. Validasi ini diperngaruhi oleh jenis cold box dan juga jenis ice pack yang dipergunakan.
Hasil akhir yang akan diperoleh adalah berapa jumlah ice pack yang diperlukan untuk pengiriman barang pada suhu dingin selama 2 jam, 4 jam atau 24 jam.
2.Temperature mapping
Pemetaan suhu dilakukan pada ruangan penyimpanan dengan tujuan untuk mengetahui dititik mana terjadi suhu terpanas dan suhu terdingin.
Titik-titik terpanas dan terdingin tsb akan dipergunakan sebagai tempat diletakannya sensor data logger sehingga diperoleh batas atas dan batas bawah yang baik.
Temperature mapping dilakukan minimal 1x per tahun.
3.Thermometer Calibration
Kalibrasi termometer dilakukan untuk memastikan bahwa pengukuran suhu dengan menggunakan peralatan yang ada sama dengan standar pengukuran suhu yang ditentukan.
Kalibrasi dilakukan minimal 1x setahun oleh badan yang berwenang (kalibrasi external) dan dapat pula dilakukan oleh perusahaan (kalibrasi internal)
4.Goods Receiving
Penerimaan barang dingin tidak boleh dilakukan diareal terbuka di loading bay sebagaimana melakukan penerimaan barang non cold chain. Penerimaan barang harus dilakukan diruangan dingin dan yang harus diperhatikan pada waktu penerimaan adalah mengukur suhu penerimaan barang selain melakukan proses penerimaan barang pada umumnya.
5.Storage
Penyimpanan barang dingin dilakukan didalam ruangan suhu dengan rentang suhu yang diijinkan. Biasanya suhu yang dimaksud adalah 2-8 C.
6.Pick and Pack
Bagian tersulit didalam proses penanganan barang cold chain adalah pada saat pengemasan (pack). Pada saat pengemasan biasanya akan terjadi penurunan suhu ektrim dari ice pack yang dapat mencapai suhu dibawah 0 (minus) dan hal ini akan menyebabkan kerusakan pada barang-barang yang akan dikirimkan.
Perlu dilakukan penyesuaian pada saat penyiapan ice pack dengan suhu ruang dingin selama 5-10 menit sebelum barang cold chain dimasukan kedalam kemasan kirim.
7.Delivery
Pengiriman barang-barang cold chain harus dijaga waktu pengiriman agar suhu yang telah disiapkan tetap pada batas yang diijinkan.
Proses penting yang harus dilakukan pada saat proses serah terima adalah memastikan bahwa suhu kemasan (packing) masih berada dalam range yang diijinkan dengan cara meminta tanda tangan dari konsumen yang menerimanya. Proses serah terima ini harus langsung dilakukan oleh fihak konsumen yang berwenang, tidak boleh dititipkankepada security misalnya.
8.Temperature Control
Pencatatan suhu penyimpanan dan pengiriman wajib dilakukan dengan mempergunakan data logger yang dapat mencatat pergerakan suhu dan diback up dengan melakukan pencatatan manual 2-3x per hari pada jam-jam tertentu.Pencatatan suhu ini diperlukan untuk memastikan bahwa selama proses penyimpanan dan pengiriman barang cold chain selalu berada didalam kondisi yang aman.
Ada pertanyaan menarik saat kumpul-kumpul dengan teman-teman yang berkecimpung didalam Logistic dan 3PL, “Kenapa masih jarang 3PL untuk barang-barang farmasi ?”.
Coba lihat TNT, Exel, Davids atau Linfox, 3PL yang berlebel asing atau yang buatan local seperti Gotrans, SCL dan sejenisnya kebanyakan mereka berkutat dalam Fast Moving Consumer Goods (FMCG) seperti Sabun, Shampoo, Susu atau Minyak Goreng. Lantas kenapa group Pinisilin, Kapsul, Jarum Suntik dan Cairan Infus jarang (kalaupun ada sangat kecil) terpublikasikan ?
Apa sih sebenarnya beda penanganan antara FMCG dan Pharmacy ?
Logistik: harga barang bukanlah pembatas
Orang logistic biasanya orang yang paling bijaksana. Ia tidak membedakan penanganan antara barang A dan barang B hanya dikarenakan perbadaan harga. Baginya, harga adalah sesuatu yang ‘tabu’ untuk menjadi konsumsi umum. Baginya pula, apapun jenis barangnya, pelayanan nomor satu adalah kewajibannya.
Pengantar tsb diatas ada hubungannya dengan pendapat dari sebagian insan logistic yang bilang bahwa banyak 3PL yang tidak menangani farmasi karena harga barang-barangnya sangat mahal.
Dengan pendapat ini, maka gugurlah teori harga mahal tsb. Artinya tidak ada pembatasan yang menjadikan barang-barang farmasi ‘haram’ disamakan perlakukanya sebagaimana FMCG mendapat perlakukan 3PL. Namun saya yakin, pernyataan ini belum menjawab pertanyaan diawal bahasan ini bukan ?! Oleh karenanya mari kita bahas secara komparatif antara FMCG dan farmasi.
1.Komparatif didalam Volume
FMCG sangat besar bermain didalam volume. Coba bayangkan Makro, Carefour atau Giant yang hampir 99% barangnya adalah FMCG. Apakah ada toko yang berjualan farmasi sebesar mereka ? Seberapa besarkah apotik yang terbesar yang menjual produk-produk kesehatan ?. Pasti tidak ada yang menyamai luasan yang dibutuhkan oleh FMCG.
Sayangnya, besarnya volume yang dibutuhkan dalam penanganan FMCG tidaklah sebanding dengan besarnya nilai inventory yang harus disandang. Mari bandingkan lagi harga sekarton mie instant yang berukuran 40 cmx 50 cmx 50cm (1000cm3) dan bernilai maksimal Rp. 40,000 dengan salah satu obat hormonal pertumbuhan yang cuma membutuhkan ukuran 4 cmx 5cmx 5cm (100cm3) memiliki nilai inventory Rp. 4,000,000. Luar biasa ! dengan volume yang hanya 1/10nya tetapi farmasi mempunyai nilai inventory yang 100 kali.
2.Komparatif didalam penanganan barang
FMCG adalah barang sehari-hari yang umumnya ditangani dengan cara yang sangat sederhana sebagaimana kita menangani barang-barang tsb dirumah. Bayangkan bagaimana anda menangani shampoo atau pasta gigi, pasti tidak sesulit anda menangani sebuah obat untuk pencegah diare yang harus disimpan didalam lemari berpendingindan ketat dengan jadual kadaluarsa yang pendek serta harus peka terhadap perubahan warna cairan yang didalamnya.
Tanggal kadaluarsa mungkin masih dibilang sama pentingnya antara FMCG dengan farmasi, namun kalau dilanjutkan dengan kode produksi (batch number) dan suhu penanganan barang pastilah FMCG tidak sedemikian ketat. Farmasi mengharuskan penanganan barang hingga kelevel kode produksi dan penanganan suhu yang sangat keras aturannya. Secara umum farmasi memiliki 4 level suhu penanganan yaitu suhu kamar (25-30oC), suhu dingin (15-23oC), suhu chiller (2-8oC) dan suhu beku (-20oC). Range yang terbesar terletak diantara suhu dingin dan suhu chiller dimana jumlah jenis barang ini sekitar 60-80% dari total rata-rata barang yang ditangani.
Kekhususan penanganan barang farmasi ini tidak hanya diharuskan didalam warehouse saja, tetapi sudah dimulai pada saat penerimaan barang hingga barang dikirimkan ke konsumen. Didalam transportasi, penanganan farmasi tetap memerlukan jurus-jurus khusus yang tidak boleh dikurangi. Ice pack, dry ice dan sterofom box adalah perangkat tambahan yang paling sering dikenal didalam industri farmasi ini disamping pallet, rak, forklift dan shrinking plastic yang umum didalam FMCG.
3.Komparatif didalam tipe konsumenya
Secara sederhana tipe konsumen farmasi pasti berbeda dengan tipe konsumen FMCG. Lihatlah truck-truck susu yang antri di Carefour atau Matahari, mereka antri berjam-jam dan memerlukan waktu yang berjam-jam pula didalam pembongkarannya. Transporter antri menunggu jadual konsumen yang memang setiap harinya menangani berpuluh-puluh prinsipal. Lalu tengoklah transporter yang antri di Apotik Bhakti Farma misalnya, hampir tidak ada antrian yang serupa. Atau mampirlah ke RS Karya Medika Bogor, adakah truck yang antri disana melebihi 5 setiap waktunya ?.
Konsumen farmasi sangat berbeda dengan konsumen FMCG didalam pola kebutuhan barangnya. Sangat jarang apotik atau RS yang menyimpan barangnya sebagai bagian dari inventory mereka, alasanya sederhana karena harganya yang mahal dan jenis barangnya yang beragam serta sudah menjadi bagian dari pelayanan umum bahwa setiap saat mereka butuh prinsipal harus segera mengirimnya dalam waktu 3-4 jam. Service ini sering disebut Cito. Cito menjadi bagian paling bergengsi dari setiap prinsipal atau distributor farmasi dimana semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan barang semakin „hebat“ lah ia didalam dunia persilatan farmasi.
Dari segi jumlah konsumennya, jelas FMCG lebih banyak dibandingkan dengan farmasi. Bahkan untuk beberapa jenis farmasi tertentu –misalnya obat pengembangan bayi tabung—tidak disetiap kota besar ada dan dapat dihitung jumlahnya didalam satu negara.
Secara umum bisalah dikatakan kalau transport FMCG menunggu antrian diarea parkir, sebaliknya transporter farmasi ditunggu oleh konsumennya.
3PL Farmasi : Kenapa Tidak ?!
Membandingkan (komparasi) antara volume, penanganan barang dan tipe konsumennya sebenarnya sudah dapat menjawab bagaimana tipical dari inventory yang harus melandasi bisnis di industri ini. Volume yang kecil, harga yang tinggi, penanganan yang komplek dan tipe konsumen yang menunggu adalah kunci didalam pengelolaan inventory farmasi. Ke empat kunci tsb akan mensyaratkan inventory di farmasi haruslah ramping namun lengkap dan terkoordinir namun fleksibel. Peranan analisa dan system yang dipergunakan harus mampu memberikan rasa aman bagi team inventory untuk memastikan bahwa barang-barang yang diorder/disimpan telah memenuhi ke 4 kunci utama tsb.
Lantas bagaimana dengan 3PL nya ? Bisnis 3PL haruslah menyelami pola inventory yang ada didalam industri ini sesuai dengan tujuan 3PL yaitu memberikan kecepatan dan keoptimalan inventory dengan biaya yang serendah-rendahnya. Ada baiknya 3PL memikirkan kondisi warehouse yang harus minimal 3x lebih bersih dan lebih baik dibandingkan FMCG namun dengan luasan yang bisa 1/5xnya. Jumlah karyawanpun demikian, tidak perlu sebanyak FMCG tetapi dengan mutu dan kualitas yang lebih baik untuk pemahaman penanganan barangnya. Yang sulit adalah transportasinya, karena volume yang kecil dan jumlah outlet yang juga tidak banyak maka penanganan transportasi farmasi memerlukan inovasi yang lebih tinggi. Kondisi kendaraan tidak bisa sama dengan kondisi kendaraan yang dipergunakan oleh FMCG secara umum dan tipical sopirnyapun tidak sama dengan tipe sopir yang biasa melayani FMCG.
Disinilah sebenarnya kartu truft 3PL farmasi, bagaimana penanganan transportasi sehingga biaya yang ditimbulkan akan seringan mungkin.
Job Description (Penjabaran Kerja) adalah:
Detail jabaran kerja yang harus dilakukan oleh sebuah posisi didalam suatu organisasi kerja yang mencakup hak dan kewajibannya yang berkaitan dengan fungsinya didalam menjalan tugas sehari-hari
Standard Operating Procedure (SOP) adalah:
Cara menjalan tugas (dengan baik dan benar) agar sesuai dengan Jobs Description dan dapat dijadikan PATOKAN terhadap suatu proses kerja baik yang berhubungan dengan system, operasional dan antar organisasi
Job Description didalam penerapannya harus memenuhi beberapa persyaratan:
· Mewakili posisi/jabatan didalam gudang
· Tidak mengenal jumlah karyawan
· Dapat disiapkan terlebih dahulu sebelum posisi tsb ada
· Merupakan target KPI yang harus dicapai
Didalam sebuah warehouse, Job desc dapat disiapkan untuk posisi-posisi yang berhubungan dengan proses kerja dan aktifitas pergudangan. Secara lebih besar, didalam suatu organisasi sebuah Supply Chain Management yang besar, Job Desc tetap menjadi acuan penting didalam setiap kegiatannya.
Job Description di Warehouse:
· Warehouseman
· Forklift Driver
· Checker (in/Out)
· Warehouse Supervisor (Adm/Return dll)
· Warehouse Administration
· Warehouse Manager
· Return Administration
· Inventory Control
Salah Satu Struktur Organisasi Supply Chain Yang Besar
Bentuk umum Job Desc:
· Posisi: detail jabatan per masing-masing posisi
· Department: bagian dimana jabatan tsb berada
· Supervisor: atasan dari jabatan yang dimaksud
· Tujuan: apa yang akan dicapai dengan adanya posisi tsb
· Tugas & Tanggung Jawab:
· Kewajiban dan tanggung jawab dari jabatan tsb
· KPI: angka-angka atau kualitas yang terukur pada posisi tsb
1. Definisi
2. Tujuan
3. Jenis aktifitas
4. Bagian terkait
5. Referensi
6. PROSES
7. Perubahan Major dari versi sebelumnya
1.Definisi
Menjelaskan mengapa diadakan aktifitas tsb dan mengapa harus ada SOP untuk pengaturan pelaksanaanya.
Contoh pada SOP Penerimaan barang:
“Goods Receiving adalah aktifitas penerimaan barang dari local dan import kedalam gudang pusat untuk kemudian dilakukan aktifitas put away (PA)”
2.Tujuan
Apa tujuan aktifitas yang dilakukan sehingga karyawan dapat mengetahui mengapa ia melakukan pekerjaan tsb.
Contoh pada SOP Picking:
“Picking dilakukan untuk mempersiapkan barang-barang pesanan dari konsumen dan alokasi ke distributor/cabang-cabang sesuai dengan Picking list yang tercetak”
3.Jenis Aktifitasnya
Ada berapa jenis aktifitas yang berhubungan dengan SOP tsb.
Contoh pada SOP Penerimaan barang:
“Mengambil barang dari principal
Menerima barang dari prinsipa”
4.Bagian terkait
Didalam menerapkan SOP tsb, agar diperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan kerja sama antar bagian. Perlu dijelaskan bagian mana saja yang harus ikut membaca dan menerapkan SOP.
Contoh pada SOP Picking:
· Admin staff
· W/H Team Leader
· Warehouseman
· Forklift driver
5.Referensi
Referensi diperlukan jika perusahaan memiliki standard tertentu didalam pelaksanan pekerjaan tsb. Misalnya ISO 9001 atau GDP atau GMP.
Contoh :
· Referensi ISO 9001:2008 QM 3.13
· Referensi GDP Klausul 17
6.Proses
Ini adalah inti dari SOP. Didalam proses dijelaskan secara detail bagaimana proses dimulai, dilaksanakan dan diakhiri. Jika diperlukan proses ini dapat berhubungan dengan SOPlainnya atau dilengkapi dengan Working Instruction.
7.Perubahan Major dari versi sebelumnya
Jika ada SOP sebelumya, maka harus dicantumkan perubahan-perubahan yang dlaksanakan pada point apa dan mengapa hal tsb dirubah.